Kamis, 13 Oktober 2011

MAKNA DAN PRINSIP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oleh: Syamsul Arifin




Sebelum menjelaskan tentang makna pendidikan Islam, terlebih dahulu, perlu dijelaskan pengertian pendidikan. Menurut Tafsir (194: 26) ,
Pendidikan adalah mengembangkan pribadi dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pendidikan adalah pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh dirinya sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain (guru), seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati.

Sedangkan asraf (1984: 23) berpendapat bahwa konsep pendidikan adalah aktivitas yang dilakukan untuk mengembangkan individu secara penuh. Amir (1990: 21) mengunakan istilah pendidikan dengan kata “tarbiyah” dengan menyebut lima sisi pengertian pendidikan berkesinambungan yang satu sama lain sesuai dengan pembentukannya:
a.Tarbiyah adalah menyampaikan sesuatu untuk mencapai kesempurnaan; b. Tarbiyah adalah menentukan tujuan melalui persiapan sesuai dengan batas kemampuan untuk mencapai kesempurnaan; c.  Tarbiyah adalah sesuatu yang dilakukan secara bertahap dan sedikit demi sedikit oleh pendidik (murabbi); d. Tarbiyah dilakukan secara berkesinambungan artinya tahapan-tahapannnya sejalan dengan kehidupan, tidak berhenti pada batas tertentu, terhitung mulai dari buaian sampai liang lahat; e. Tarbiyah adalah hal terpenting dalam kehidupan baik secara individu maupun secara keseluruhan.

Sementara Marinda (1964: 31) memaknai pendidikan dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pendidikan dalam arti sempit adalah: “bimbingan yang diberikan kepada anak-anak sampai ia dewasa”. Sedangkan dalam makna luas adalah bimbingan yang diberikan sampai mencapai  tujuan hidupya; bagi pendidik Islam, sampai terbentuknya kepribadian muslim.
Definisi lainya tentang pendidikan adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian  yang sesuai (Subroto, 1983: 11)
Jika dicermati definisi-definisi di atas terlihat adanya penekanan unsur yang berbeda antar definisi. Namun demikian, dari keragaman definisi tersebut ada titik persamaan yang “dianggap” sebagai titik temu. Setidaknya titik temu tersebut diwakili oleh: aspek upaya sadar membantu peserta didik ke arah yang lebih baik dan proses menuju kedewasaan serta memanusiakan manusia. Dengan demikian makna substantif pendidikan adalah suatu kegiatan yang mengandung proses pendewasaan dan pemanusiaan manusia dalam arti sesungguhnya.
Jika dilihat dari fungsinya, Rusli Karim mengatakan bahawa pendidikan memiliki lima fungsi utama : (1) menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masayarakat di masa datang, (2)  mentansfer (memindahkan) pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan, (3) mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat bagi keberlangsungan hidup (survive) dan peradaban, (4) melestarikan tata sosial dan tata nilai yang ada dalam masyarakat, (5) sebagai agen perubahan (Rusli Karim: 1992, 27-28).
Selanjutnya, bagaimana pengertian Pendidikan agama Islam. Marimba (1986: 31) menjelaskan, Pendidikan Islam  adalah bimbingan atau pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada peseta didik dalam perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan dan seterusnya ke arah terbentuknya kepribadian muslim.
Selanjunya, definisi Pendidikan Islam juga dikemukana oleh Soejoeti (Naim dan Sauqi, 2008:32) mengatakan bahwa ada beberapa pengertian pendidikan Islam di antaranya jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita untuk mengejawantahkan nilai-nilai Islam yang tercermin dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakannya. Sementara menurut Fajar (1998: 3-4), secara mendasar pendidikan Islam adalah pendidikan yang berorientasi pada terbentuknya Insan kamil. Secara substantif pandangan Fajar searah dengan pendapat Tafsir (2008: 30) yang menegaskan bahwa Pendidikan Agama Islam  adalah usaha sadar  untuk menyiapkan siswa agar memahami (knowing) terampil melaksanakan (doing), dan mengamalkan (being) agama Islam melalui kegiatan pendidikan. Bersandar pada nalar ini, definisi Pendidikan Islam dapat dipahami sebagai upaya sadar membantu peserta didik ke arah yang lebih baik dan proses menuju kedewasaan serta terbentuknya insân kâmil.
Berkaitan dengan pendidikan Islam, Nabi Muhammad bersabda ”bahwa generasi muda dididik sesuai dengan prinsip bahwa mereka akan hidup pada zamannya sendiri, bukan pada zaman kita” (Jusuf Amir Feisal: 1995, 141). Sabda Nabi tentang Pendidikan ini searah dengan pandangan Alvin Tofler yang mengatakan bahwa semua proses pendidikan adalah suatu kegiatan yang lahir dari suatu pandangan ke masa depan, bahkan membentuk gambaran masa depan (lihat Alvin Tofler: 1992, 358).
Sementara Naquib al-Alatas dalam penjelasan konsep pendidikan Islam dengan teori Adab-nya, mengatakan bahwa proses pendidikan itu harus menyentuh tubuh, jiwa, dan ruh manusia untuk menumbuh-kembangkan potensi jasmani, intelektual dan ruhaniyah yang diarahkan kepada pengenalan dan pengakuan akan realitas kosmos yang berujung kepada pengenalan dan pengakuan terhadap wujud Tuhan secara tepat (Naquib al-Alatas: 1996, 53 )
Berdasar pemikiran di atas, dapat dikatakan pendidikan Islam sekurang-kurangnya mempunyai tiga corak utama: pertama, bercorak tranformatif, artinya Pendidikan Islam sebagai pranata yang melakukan transformasi dan transimi nilai, norma, pengetahuan, kultur dan sikap; kedua visible, artinya pendidikan Islam harus berorientasi masa depan dan bersifat antisipatif terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa depan; dan ketiga, konferhensif-integralistik, artinya, pendidikan Islam harus mencakup dimensi nilai-nilai transendel, dimensi intelektual, dimensi kultural, dimensi keterampilan fisik/jasmani, dan dimensi pembinaan kepribadian manusia itu sendiri. Dalam konteks konferhensif-integralistik ini, pendidikan Islam melakukan penyatuan unsur transenden dan profan,
Dari tiga corak utama di atas menunjukkan  bahwa pendidikan Islam sangat luas, dan mencakup semua aspek kehidupan, bahkan lebih luas dibandingkan dengan pendidikan umum sendiri. Jika pendidikan umum hanya bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat profan (duniawi), maka pendidikan Islam disamping menyentuh hal-hal yang bersifat profan juga bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat immanen-transendent (ukhrawi). Hal terlihat dengan jelas dari penjelasan tentang Pendidikan Agama Islam yang buat oleh Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam 1982/1983: 82 yang berbunyi: Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang melalui ajaran-ajaran agama Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah setelah selesai dari pendidikan, ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Dari tiga corak utama Pendidikan Islam di atas, pendidikan Islam diharapkan mampu membentuk “manusia yang unggul secara intelektual (kognitif), anggun dalam moral dan kebijakan (afektif) , serta kaya dalam amal dan keterampilan yang kreatif (psikomotorik)” (lihat Syafi’I Ma’arif: 1991, 155)
Untuk menjadikan idealita Pendidikan Islam tersebut menjadi sebuah kenyataan dalam dunia pendidikan menurut Khursyid Ahmad, pendidikan Islam harus mempunyai  prinsip-prinsip dasar yang jelas dan kokoh. Dalam bukunya, Principles Of Islamic Education, ia menjelaskan beberapa prinsip-prinsip pendidikan Islam: pertama, tujuan pendidikan. Tujuan pokok Pendidikan Islam haruslah penanaman agama dan ideologi; kedua, keseimbangan individualisme dan jiwa sosial (kolektivisme). Bahwa Islam mempunyai sifat yang istimewa, yaitu meletakkan dasar keseimbangan antara individulisme dan kolektivisme. Islam mengakui hak pribadi setiap orang, dan tanggung jawab secara pribadi kepada Tuhan. Sasaran  pendidikan Islam  adalah membina pribadi setiap orang sebagai tujuan utamanya. Islam tidak mengakuti pendapat yang menenggelamkan pribadi dalam kehidupan sosial, kolektif atau negara. Maka perkembangan individualitas manusia harus menjadi prinsip dasar pendidikan Islam. Namun demikian, pada saat yang sama, pendidikan Islam juga menanamkan rasa tanggung jawab pada setiap diri manusia; ketiga, integrasi ilmu pengetahuan. Hal ini berangkat dari sebuah pemahaman bahwa tujuan dari semua pendidikan adalah menyediakan gambaran yang terpadu tentang alam semesta dan cara hidup yang utuh. Dan sesungguhnya Islam memandang ilmu pengetahuan sebagai satu keseluruhan yang terintegrasi dan berkorelasi. Hal ini terlihat dalam kenyataan bahwa Al-Qur’an itu merupakan sumber pokok dari semua ilmu pengetahuan; keempat, pembangunan watak. Pendidikan Islam harus menekankan pembentukan watak anak. Dalam ajaran Islam, perbuatan baik mendapat perhatian serius, sehingga Al-Qur’an menyebutnya bersamaan dengan iman. Dalam kenyataan psikologis, bahwa dasar pembinaan watak harus diletakkan tahap awal dari kehidupan; dan kelima, menuju kepada kesempurnaan hidup. Artinya, Pendidikan Agama Islam berorientasi kepada bagaimana manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya baik secara lahiriyah, maupun batiniyah (lihat Khursyid Ahmad: 1992). Wallahu’alam  

1 komentar:

  1. Pendidikan sangat penting bagi semua orang untuk kehidupan di dunia dan di akherat, dari anak-anak sampai dewasa. karena dengan pendidikan kita bisa mengetahui apa yang dilarang dan apa yang diperintahkan oleh ALLAH SWT

    Yulian Krisbianto
    Teknik Sipil
    0804105040

    BalasHapus